Wednesday, 8 October 2014

Pengertian Dasar Logika Fuzzy

Logika Fuzzy adalah peningkatan dari logika Boolean yang berhadapan dengan konsep kebenaran sebagian. Di mana logika klasik menyatakan bahwa segala hal dapat diekspresikan dalam istilah binary (0 atau 1, hitam atau putih, ya atau tidak), logika fuzzy menggantikan kebenaran boolean dengan tingkat kebenaran.

Logika Fuzzy memungkinkan nilai keanggotaan antara 0 dan 1, tingkat keabuan dan juga hitam dan putih, dan dalam bentuk linguistik, konsep tidak pasti seperti "sedikit", "lumayan", dan "sangat". Dia berhubungan dengan set fuzzy dan teori kemungkinan. Dia diperkenalkan oleh Dr. Lotfi Zadeh dari Universitas California, Berkeley pada 1965.

Logika Fuzzy, yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai Logika Kabur atau Logika Samar, dapat dikatakan sebagai “logika baru yang sudah lama”. Hal ini karena ilmu tentang logika fuzzy secara modern dan metodis ditemukan pada tahun 1965, namun konsep logika fuzzy sudah melekat pada diri manusia, sejak manusia ada. Konsep logika fuzzy dapat dengan mudah kita temukan pada perilaku manusia dalam kesehariannya, misalnya:
  • Pedal gas kendaraan akan kita tekan dengan tekanan tertentu sesuai kecepatan yang kita inginkan. (Berapa besar tekanan yang kita berikan?) 
  • Kita cenderung memberi hadiah kepada seseorang dengan nilai tertentu sesuai dengan manfaat orang tersebut kepada kita. (Berapa besar nilai hadiah yang akan kita berikan?)
  • Kita akan marah kepada orang yang merugikan kita. (Berapa besar kemarahan kita?)
Kita tidak bisa menjawab dengan pasti pertanyaan-pertanyaan yang muncul di atas. Inilah beberapa contoh kasus yang bisa dijelaskan menggunakan konsep logika fuzzy.

Perbedaan
Terdapat perbedaan mendasar antara logika klasik dengan logika fuzzy. Sebagai contoh, perhatikan dua kalimat perintah berikut ini:
  1. Pisahkan kelompok mahasiswa yang memiliki PC dan kelompok mahasiswa yang tidak memiliki PC.
  2. Buat kelompok mahasiswa yang pandai dan kelompok mahasiswa yang bodoh.

Pada kalimat-1, kita dapat membedakan secara tegas antara kelompok mahasiswa yang memiliki PC dengan kelompok mahasiswa yang tidak memiliki PC karena ada batasan yang nyata antara kedua kondisi tersebut. Namun pada kalimat-2, tidak terdapat batasan yang nyata antara pandai dengan bodoh sehingga kita sulit membedakan mahasiswa yang pandai dengan mahasiswa yang bodoh.

Ketidakjelasan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui kondisi ketidakjelasan seperti kalimat-b. Ketidakjelasan yang kita alami, dapat kita kelompokkan menjadi:
  1. Keambiguan (ambiguity), terjadi karena suatu kata/istilah memiliki makna lebih dari satu. Contoh: bulan, maknanya adalah suatu benda langit, namun makna lainnya adalah bagian dari tahun.
  2. Keacakan (randomness), karena hal yang kita inginkan belum terjadi. Contoh: besok akan hujan.
  3. Ketidaktepatan (imprecision), disebabkan karena alat atau metode pengukuran yang tidak tepat. Contoh: volume bumi.
  4. Ketidakjelasan akibat informasi yang tidak lengkap (incompleteness). Contoh: ada kehidupan di luar angkasa.
  5. Kekaburan semantik, akibat suatu kata/istilah memiliki makna yang tidak dapat didefinisikan secara tegas. Contoh: cantik, pandai, dsb.
Dari kelima kelompok ketidakjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa pembahasan logika fuzzy berada pada kekaburan semantik. Kekaburan semantik pasti ada dalam kehidupan manusia. Bahkan kita sering mengambil keputusan dari kondisi kekaburan semantik.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah kita (manusia) saat ini sering menggunakan alat bantu, terutama elektronik, untuk membuat suatu keputusan. Penelitian atau pengukuran umumnya memerlukan ketepatan & kepastian. Sedangkan kondisi lingkungan, mengharuskan kita mengambil keputusan dari kekaburan semantik. Oleh karena itu, perlu bahasa keilmuan baru untuk mengakomodasi kekaburan semantik secara memadai.

Sunday, 21 September 2014

Instalasi Peralatan Sound System

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam instalasi sound system
Sebelum melakukan instalasi sound system, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

Cek Akustik Ruang
Jika sebuah sound system akan di pasang di dalam ruangan, maka langkah pertama yang perlu diperhatikan adalah mengecek kondisi ruang/ akustik ruang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat penyerapan suara didalam ruangan tersebut. Apakah ada pantulan/gema yang berlebihan atau tidak. Caranya dengan bertepuk tangan dan menghitungnya beberapa detik hasil pantulan suara untuk hilang secara sempurna. Didalam aula yang dipakai pidato satu orang, suara akan baik jika pantulan suara bernilai 0,5 – 1 detik. Jika lama pantulan lebih dari 5 detik maka diperlukan beberapa peralatan untuk mengatasi hal tersebut seperti pemberian equalizer untuk meredam noise/pantulan suara yang menggangu.

Menentukan Layout Sound System

Menentukan layout sound system didalam ruang tentu berbeda dengan layout sound system dilapangan, biasanya layout sound system didalam ruang bersifat tetap, sedangkan dilapangan instalasinya bersifat tidak tetap. Sehingga dalam membuat layout penempatan sound system untuk mendapatkan hasil yang baik dan mengurangi tingkat kesalahan, perlu disesuaikan dengan kondisi tempat yang ada dan juga disesuaikan dengan kebutuhan.
Berikut beberapa contoh layout penempatan peralatan sound system untuk aplikasi indoor dan outdoor.

Keterangan : 
Secara umum layout yang diterapkan di audotorium sama dengan layout aplikasi lapangan. Hal ini dapat dilihat dari penempatan peralatan seperti mixer, equalizer, power amplifier yang diletakkan di depan panggung, atau pada sebuah control room yang berada pada posisi pendengar. Hal ini dikarenakan untuk memudahkan proses pengaturan suara oleh operator sound, sehingga apa yang didengar oleh operator adalah apa yang didengar oleh audiens. Dengan kata lain mixer tidak berada di samping/di belakang panggung.
Identifikasi peralatan yang digunakan 
Dalam identifikasi peralatan sound system yang akan digunakan, perlu kita ketahui terlebih dahulu, digunakan untuk keperluan apa sound system yang akan kita instal. Apakah digunakan untuk keperluan musik atau hanya untuk keperluan seminar di audotorium. Sehingga dalam menentukan peralatannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan penggunaan. Berikut langkah identifikasi yang dapat dilakukan: 
  1. Pilih jenis mikrofon yang disesuaikan dengan kebutuhan, apakah menggunakan wireless mic/kabel, sesuaikan dengan karakteristik pola penerimaanya apakah digunakan didalam ruang atau diluar ruangan. 
  2. Jika jumlah input mic yang akan digunakan lebih dari tiga maka gunakan peralatan mixer audio minimal 4 channel. 
  3. Jika sound system akan digunakan untuk keperluan musik maka tambahkan peralatan equalizer 
  4. Pilihlah daya amplifier sesuai dengan kebutuhan penggunaan.
  5. Pilihlah speaker yang disesuaikan dengan respon frekuensinya serta kebutuhan penggunaan dilapangan. 
  6. Pilih jenis kabel dan konektor sesuai dengan kebutuhan

Frekuensi Band untuk Sistem Wireless Microphone

Sistem wireless microphone menggunakan frekuensi radio tertentu untuk mengirim sinyal audio. Frekuensi band yang digunakan pada sistem wireless microphone adalah VHF (Very High Frequency) dan UHF (Ultra High Frequency). Tentu keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Frequensi Band VHF
Frequensi Band VHF  (Very High Frequency) merupakan frekuensi radio antara 30 MHz hingga 300 MHz. Kelebihan frekuensi VHF ini baik untuk jarak dekat, mempunyai propagasi gelombang yang baik didalam udara seperti gelombang dapat melalui zat non logam. Namun permasalahan yang ada pada frekuensi ini adalah sangat banyak penggunanya. Sehingga memungkinkan terjadinya frekuensi yang saling tumpang tindih dan rentan terhadap gangguan dari berbagai sumber.

Frequensi Band UHF
Frequensi Band UHF (Ultra High Frequency) adalah frekuensi yang mempunyai rentang dari 300 Mhz hingga 3 Ghz, rentang frekuensinya lebih luas dibanding dengan VHF. Kelebihan dari frekuensi band UHF adalah lebih kecil kemungkinan terjadi noise dari frequensi lain, karena jalur lalu lintas radio yang menggunakannya juga lebih sedikit. UHF juga memberikan range dinamika yang lebih besar ketimbang VHF. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan frekuensi UHF pada sistem wireless microphone lebih baik dibanding dengan frekuensi VHF.

Rangkuman Materi 
  • Fungsi wireless mic adalah mengubah sinyal suara/gelombang suara menjadi sinyal audio/gelombang listrik, melalui media wireless yang dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnet. 
  • Jenis-jenis mikrofon dibagi menjadi:
    Mikrofon dinamis adalah mikrofon yang menggunakan prinsip kerja induksi
    Mikrofon karbon adalah mikrofon yang menggunakan prinsip kerja tahanan yang berubah–ubah.
    Mikrofon kondensor adalah mikrofon yang menggunakan prinsip kerja kondensator.
  • Karakteristik pola penerimaan  wireless mic dibedakan menjadi:
    Microphone omnidirectional yang dapat menangkap suara dari segala arah.
    Microphone bidirectional mencegah suara dari samping  tetapi peka pada arah depan dan belakang.
    Microphone unidirectional memiliki kemampuannya menerima suara hanya dari satu arah saja
  • Tiga komponen utama yang terdapat pada sistem wireless mic yaitu sumber input, pemancar (transmitter), dan penerima (receiver).
  • Transmitter berfungsi memancarkan suara melalui gelombang FM, yang akan dikirim ke penerima secara efektif melalui media udara.
  • Receiver berfungsi menerima sinyal radio dari pemancar secara efisien dan mengubahnya kembali menjadi output sinyal audio yang sesuai. 
  • Frekuensi band yang dapat digunakan pada sistem wireless microphone adalah VHF (Very High Frequency) dan UHF (Ultra High Frequency)

Karakteristik wireless microphone

Pada dasarnya karakteristik wireless microphone sama dengan karakteristik microphone pada umumnya, seperti yang telah dijelaskan pada kegiatan belajar 3. Berikut karakteristik wireless microphone berdasarkan pola penerimaan (Polar Pattern).

Omnidirectional
Microphone omnidirectional dapat menangkap suara dari segala arah. Dalam grafik, omnidirectional digambarkan dalam bentuk lingkaran mulus yang mengindikasikan bahwa microphone tersebut sangat sensitif terhadap suara yang datang dari segala arah. Microphone ini biasa digunakan dengan cara dipegang tangan atau digunakan secara clip-on, yang sering dipakai pada beberapa jenis wireless microphone untuk pembawa acara

Bidirectional
Microphone bidirectional mencegah suara dari samping tetapi peka pada arah depan dan belakang. Biasa disebut dengan mikrofon (angka delapan, simbol pola ini),

Unidirectional
Microphone ini paling banyak digunakan dalam rekaman untuk film, video maupun televisi. Microphone jenis ini memiliki kemampuannya menerima suara hanya dari satu arah saja, mikrofon unidirectional sanggup memilah-milah suara, mana yang diperlukan dan mana yang tidak.

Pola ini menyerupai bentuk jantung. Dapat dilihat bahwa semakin ke samping, sensitivitas mikrofon semakin tidak sensitif. Arah yang memiliki sensitivitas paling buruk adalah mendekati arah belakang (rear).

Prinsip Kerja Wireless Microphone :
Sebuah sistem wireless microphone umumnya terdiri dari tiga komponen utama yaitu sumber input, pemancar, dan penerima. “Prinsip kerjanya adalah sumber input menyediakan sinyal audio ke pemancar, lalu pemancar mengubah sinyal audio menjadi sinyal radio dalam bentuk gelombang FM  yang kemudian ditransmisikan oleh antena pemancar. Selanjutnya gelombang tersebut ditangkap oleh antenna penerima receiver yang akan mengubahya menjadi sinyal audio kembali”. Karena sinyal audio dikonversikan menjadi Radio Frequency (RF) untuk kemudian dikirim (transmit) ke area produksi, maka microphone jenis ini sering juga disebut RF microphone. Berikut diagram blok wireless microphone :
Diagram Blok Wriless Mikrofon

Pada kondisi optimal, wireless mic dapat menjangkau hingga radius 300 meter, tetapi bila terhalang oleh suatu objek, apalagi objek yang mengandung metal, maka jaraknya dapat berkurang hingga 75 meter bahkan kurang dari itu.


Transmitter Wireless Microphone : 
 Secara umum sebuah transmitter/pemancar mempunyai fitur menu kontrol, indikator power, dan satu antena. Transmitter yang sering digunakan biasanya berbentuk handheld/bodypack seperti pada gambar 48. Untuk jenis handheld biasanya digunakan penyanyi, sedangkan yang bodypack biasanya digunakan untuk pembawa berita. 


Pada gambar, transmitter berfungsi memancarkan suara melalui gelombang FM. Sinyal audio yang masuk dari mikrofon diproses kemudian dirubah menjadi sinyal radio oleh frekuensi modulator. Modulator disini berfungsi melakukan proses modulasi yaitu menumpangkan data pada frequensi gelombang pembawa ke sinyal informasi/pesan yang berupa sinyal radio, agar bisa dikirim ke penerima secara efektif melalui media udara. 

Receiver wireless microphone 
Receiver berfungsi sebagai penerima sinyal radio dari pemancar. Receiver dibedakan menjadi dua jenis yaitu yang berifat portable dan bersifat tetap. Perbedaanya hanya pada power supply yang digunakan (baterai vs AC). Prinsip kerja dari rangkaian receiver berkebalikan dengan rangkaian transmitter pada wireless microphone. Secara umum prinsip kerja rangkaian receiver adalah menerima sinyal radio dari pemancar secara efisien dan mengubahnya kembali menjadi output sinyal audio yang sesuai.

Cara Penempatan Speaker Atap

Penempatan speaker di atap/plafon secara terpusat

Cara paling mudah untuk mengatur loudspeaker di suatu Hall/gedung pertemuan adalah dengan menempatkan speaker diatap (langit-langit). Gambar dibawah merupakan contoh arah pemasangan speaker terpusat yang dipasang diatap suatu gedung auditorium: 



Keterangan :
  • LF     : Speaker dengan Low Frequensi ( woofer/subwoofer ) 
  • HF    : Speaker dengan High Frequensi ( tweeter )
  • d1    : Jarak pola pancaran dari loudspeaker ke mic
  • d2    : Jarak pola pancaran dari loudspeaker ke pendengar
Dari gambar diatas peletakan speaker LF dan HF ditempatkan secara terpusat pada bagian depan yang saling berdekatan. Kumpulan speaker ini diletakkan diatas sumber bunyi/mikrofon. Namun masih dalam jarak jangkau pandang mata pendengar, sehingga pendengar mendapatkan kesan nyata yang seolah-olah mendengarkan bunyi asli dari pembicara. Penempatan arah speaker sebisa mungkin tidak menjangkau daerah mikrofon pembicara. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya feedback/gema. Peletakan secara terpusat seperti gambar diatas mensyaratkan tinggi plafon minimum ruangan tersebut adalah 6,5 meter.

Penempatan speaker di atap/plafon secara menyebar
Penempatan speaker secara menyebar dapat dilakukan dengan meletakkan beberapa speaker di atas pendengar. Speaker yang digunakan untuk penempatan secara menyebar ini biasanya menggunakan model speaker cone/kerucut. karena tingkat kekuatan suaranya lebih lebih lemah dibandingkan dengan speaker yang digunakan pada peletakan secara terpusat. Speaker yang terlalu kuat justru tidak diperlukan, karena dengan posisi menyebar sudah terjadi perkuatan bunyi antar speaker. Hal ini disebabkan karena pada umumnya loudspeaker atap mempunyai kemampuan sudutnya 90 derajat. Peletakan menyebar dipilih apa bila ketinggian plafon lebih rendah dari 6,5 meter.

Rangkuman
Berdasarkan penjelasan materi diatas dapat dirangkum sebagai berikut :
  1. Loudspeaker mengubah gelombang listrik menjadi gelombang suara melalui getaran membran. 
  2. Didalam loudspeaker terdiri dari beberapa bagian antara lain: Cone/ diafragma, Suspension / surround, Frame or basket, voice coil dan Spider.
  3. Pola penempatan speaker di dalam ruang dibagi menjadi tiga bagian diantaranya adalah sistem terpusat, sistem menyebar dan sistem kombinasi dari keduanya.
  4. Penempatan arah speaker yang tidak sesuai akan menimbulkan efek suara yang bervariasi yaitu bertambahnya suara gema, suara yang dihasilkan cempreng dan frekuensi rendah/bass berkurang.
  5. Teknik penempatan arah speaker yang baik didalam ruang adalah semua speaker diarahkan ke tengah langsung ke pendengar, arah speaker tidak boleh lurus 90o mengarah ke tembok dan pemasangan speaker didinding agak ditundukkan kebawah.
  6. Penempatan speaker di atap secara terpusat mensyaratkan tinggi plafon minimum ruangan tersebut adalah 6,5 meter. Sedangkan penempatan secara menyebar mensyaratkan tinggi ruangan tersebut lebih rendah dari 6,5 meter.

Perilaku Suara di Dalam Ruangan (Akustik Ruangan)

Apabila didalam suatu ruang yang sama terdapat kombinasi dari mikropon, amplifier, dan loudspeaker yang secara berangsur-angsur penguatan dari amplifier akan mengeraskan suara  sampai mendekati titik batas umpan balik. Frekuensi respon kelistrikan akan berubah seiring dengan perubahan penguatan pada amplifier. Hal ini dinamakan dengan gain bandwidth product yaitu hasil kali besarnya bandwidth dan penguatan tetap, sehingga bila penguatan diturunkan respon frekuensi akan bertambah dan sebaliknya. Akibatnya  mempengaruhi jalur umpan balik akustik antara loudspeaker dan mikropon. Sebagai contoh ketika orang berbicara menggunakan mikropon, maka mikropon tersebut tidak hanya menangkap suara dari pembicara secara langsung, namun juga menangkap suara gema yang dihasilkan oleh loudspeaker. 

Kriteria Borner untuk optimalisasi sistem secara geometri ditunjukan sebagai berikut, sebuah mikropon didekatkan pada pembicara sehingga suara yang banyak ditangkap mikropon adalah suara langsung dari pembiacara. Pengeras suara diletakkan jauh dari microphone, hal ini untuk mengurangi pantulan dari loudspeaker, sehingga suara langsung dari loudspeaker tidak menjadi faktor pemicu terjadinya sistem umpan balik.

Sound Pressure Level (SPL) 

SPL / tingkat tekanan suara adalah satuan yang memberikan gambaran besar tekanan suara yang di keluarkan oleh sebuah sumber bunyi yang di sebutkan dalam satuan dB (baca : decibel). Semakin besar nilai SPL berarti semakin besar / tinggi sumber bunyi tersebut mengeluarkan suara. Pengukuran SPL dalam sebuah speaker sebagai sumber bunyi disebutkan dalam 1 meter dengan daya 1 watt. Misal : speaker mempunyai SPL 90 db --> artinya speaker tersebut mempunyai kekuatan suara / SPL sebesar 90 dB yang diukur dalam jarak 1 meter dan dengan daya pengukuran 1 watt.

Saturday, 20 September 2014

Sistem Pola Penempatan Speaker Didalam Ruang

Di dalam penataan sebuah sistem tata suara, penempatan speaker memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas suara yang akan diterima oleh pendengar. Penempatan speaker yang tidak tepat dapat menyebabkan kualitas suara yang dihasilkan menjadi kurang baik. Terdapat 3 sistem pola penempatan speaker di dalam ruang menurut Setyo Hbs (2011), yaitu sebagai berikut :
  • Sistem Terpusat (Sentralisasi).
  • Sistem Menyebar/merata (Desentralisasi).
  • Kombinasi dari keduanya.
Ketiga sistem ada kekurangan dan kelebihannya, tentu dalam pemilihannya tergantung dari situasi dan kondisi ruangan yang ada. Berikut penjelasannya.

Sistem Terpusat ( Sentralisasi )
Sistem Terpusat/Sentralisasi adalah penempatan speaker yang hanya diletakkan di bagian depan saja. Berikut ilustrasi penempatan speaker terpusat dilihat dari tampak atas.

Sistem Terpusat
  • Kelebihan sistem ini :
    Hemat biaya karena speaker yang dipasang jumlahnya sedikit
    Pemasangan / instalasi cepat
    Kontrol suara mudah, karena hanya didepan
  • Kelemahan sistem ini :
    Suara bagian depan akan terdengar sangat keras, sedangkan bagian belakang kurang keras
    Mudah terjadinya suara dengung/feedback karena suara yang keras pada bagian depan
    Menimbulkan suara gema/pantul yang berlebihan dari akibat suara yang keras menuju tembok dan dipantulkan lagi.
    Informasi yang diterima kurang jelas, khususnya pada bagian belakang
  • Kesesuaian sistem ini :
    Penggunaan sistem ini cocok untuk digunakan di lapangan terbuka, seperti pada panggung hiburan.
Sistem Menyebar ( Desentralisasi )
Sistem menyebar adalah menempatkan speaker di setiap titik yang sesuai untuk memperoleh tingkat suara yang merata. Sistem ini cocok untuk ruangan yang memiliki gema tinggi, sehingga dengan sistem penyebaran maka suara yang dihasilkan masih bisa didengarkan dengan baik.


Dalam sistem ini, menentukan jarak dan daya speaker yang terpasang disesuaikan dengan spesifikasi speakernya. Biasanya untuk speaker 6 W jarak antar speaker cukup 3 meter, untuk speaker dengan daya lebih besar, jaraknya bisa dijauhkan, tentunya harus di perhatikan tingkat penyebarannya.

Sistem Kombinasi
Sistem kombinasi adalah sistem yang menerapkan kaidah sistem sentralisasi dan desentralisasi. Sistem ini cocok untuk ruangan masjid/gereja yang memiliki gema sedang dan ruangan yang luas.

Pengenalan Fungsi dan Bagian–Bagian Loudspeaker

Loudspeaker memainkan peran yang sangat penting sebagai penghubung terakhir antara sumber suara dan penonton. Loudspeaker berfungsi sebagai tranduser untuk mengubah gelombang listrik menjadi gelombang suara melalui getaran membran. Membran pada speaker bergetar akibat induksi elektromagnetik yang dihasilkan sebuah magnet dan kumparan karena dialiri arus listrik


 Keterangan :
  1. Cone / diafragma berfungsi sebagai penghasil gelombang suara yang digetarkan oleh driver speaker.
  2. Suspension atau surround, merupakan ratusan material yang fleksibel sebagai penahan pergerakan cone. 
  3. Frame or basket sebagai bingkai pada surround.
  4. Ujung panah pada cone berfungsi menghubungkan cone ke voice coil. Coil tersebut didempetkan pada basket oleh spider, yang merupakan sebuah cincin dari material yang fleksibel.
  5. Spider menahan coil pada posisinya sambil mendorongnya bergerak kembali dengan bebas dan begitu seterusnya.
Pemilihan jenis speaker 

Loudspeaker juga merupakan faktor penting yang menentukan kualitas suara. 
Pemilihan loudspeaker yang salah dan tidak memperhatikan respon frequensi dari speaker, akan menghasilkan suara yang kurang baik. Sehingga perlu diketahui beberapa jenis-jenis speaker berdasarkan respon frequensi dan kegunaanya : 

Driver loudspeaker dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan respon frekuensi suara yang dihasilkan seperti berikut : 
  1. Woofer/Subwoofer adalah jenis driver loudspeaker yang hanya dominan menghasilkan suara dengan frekuensi rendah 
  2. Middle/Midrange adalah jenis driver loudspeaker yang hanya dominan menghasilkan suara dengan frekuensi menengah 
  3. Tweeter adalah jenis driver loudspeaker yang hanya dominan menghasilkan suara dengan frekuensi tinggi
  4. Full Range adalah jenis driver loudspeaker dengan spektrum luas dimana dapat menghasilkan frekuensi rendah sampai frekuensi tinggi. Dalam sistim audio, penggunan loudspeaker sebenarnya sudah terintegerasi kedalam box sesuai dengan karakteristiknya masing masing. Berikut jenis loudspeaker Menurut Karakteristik dan kegunaanya.

Thursday, 18 September 2014

Prinsip Kerja Dari Sebuah Sound System

Prinsip kerja dari sebuah Sound system adalah memperkuat suara dengan mengubah energi getar yang diterima dari unit input menjadi energi listrik. Energi getar diubah menjadi energi listrik oleh microphone. Energi listrik yang masuk dikombinasikan dengan sumber suara lainya oleh mixer sebelum dikuatkan. Kemudian penguatan energi listrik ditingkatkan melalui amplifier, yang selanjutnya energi listrik dikonversi kembali menjadi energi getar oleh unit output/speaker.

Contoh sound system yang praktis, digunakan pada saat diskusi diruang kuliah. Sistem pada Gambar dirancang untuk memperkuat suara dari tiga microphone. Secara konseptual sistem dapat dianalisis  memiliki empat bagian penting yaitu input divice, pemproses, penguat, dan output. konsep sistem dapat disederhanakan lagi menjadi input transduser, pemrosesan sinyal, dan output transduser:
  • Input transduser
    Terdiri dari tiga mikrofon yang mengubah suara panelis menjadi sinyal audio yang dihubungkan ke bagian peralatan pemproses sinyal melalui kabel.
  • Signal Processing
    Setelah ketiga mikrofon terhubung ke masing-masing input pada  mixer console,  maka mixer  console menerima signal listrik tersebut melalui masing-masing kanalnya (satu mikropon satu kanal), kemudian mencampur dan menyeimbangkan satu tingkat sinyal outputnya dan selanjutnya mengirimkan signal listrik tersebut melalui kabel ke power amplifier. Power amplifier akan memperkuat signal listrik yang diterima dan mengalirkan melalui kabel menuju ke loudspeaker.
  • Output transduser
    Terdiri dari loudspeaker yang mengubah signal listrik yang telah dikuatkan oleh amplifier sebelumnya kembali menjadi suara yang lebih keras.

Berikut blok diagram contoh model praktis dari sebuah sound system  sederhana.

Mengidentifikasi Bagian-Bagian Sound System

Bagian-Bagian dari sound system
 
Tujuan utama adanya sound system dalam sebuah acara adalah untuk mengirimkan suara yang jelas dan dapat dimengerti serta suara musik yang berkualitas tinggi ke pendengar. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan ini, bagian desain sistem suara dan komponennya harus dipikirkan dengan baik, diinstal secara cermat dan dioperasikan seperlunya.

Sound system paling dasar/sederhana terdiri dari: Unit Input, Control device/ Unit proses, Unit penguat/amplification device dan Unit output.  Susunan komponen komponen ini memiliki fungsi dan prinsip kerja masing-masing yang selalu berkaitan. Berikut gambar blok diagram dari sistem audio :


 

Fungsi bagian-bagian sound system
  1. Bagian input (input tranduser) berfungsi mengubah energi getar/suara menjadi energi listrik/sinyal audio. 
  2. Bagian proses adalah bagian yang berfungsi mengubah karakter sebuah sinyal audio yang diterima dari sinyal input, untuk menghasilkan suara sesuai dengan yang diinginkan.  
  3. Unit penguat berfungsi sebagai penguat akhir sinyal input yang sebelumnya melalui bagian proses untuk mendapatkan penguatan sinyal yang maksimal.  
  4. Dalam sistem suara, bagian Output tranduser berfungsi mengubah signal audio yang sudah diproses dan dikuatkan menjadi gelombang suara lagi yang dapat dinikmati oleh orang banyak.  
  5. Power Supply merupakan rangkaian pencatu daya untuk semua rangkaian. Secara umum power supply mengeluarkan dua jenis output, yaitu output teregulasi dan tidak teregulasi. Output teregulasi dipakai untuk rangkaian pengatur nada dan penguat awal, sementara rangkaian power supply tidak teregulasi dipakai untuk rangkaian power amplifier.

Wednesday, 17 September 2014

Pengertian Dasar Sound System

Sebelum membahas lebih detail mengenai sound system, mesti kita pahami dulu konsep sederhana mengenai bunyi.  Bunyi dihasilkan oleh adanya benda yang bergetar, dengan kata lain, jika kita mendengar suara artinya ada sesuatu yang bergetar namun tidak cukup dengan getaran suatu benda, harus ada 3 elemen dasar yang membuat suara dapat terdengar yaitu sumber getar, medium penghantar dan penerima  (dalam hal ini adalah gendang telinga manusia). Jika salah satu elemen tidak ada, maka kita tidak dapat mendengarakan suara.

Pengertian Sound System
Tata suara / Sound System memainkan peranan yang sangat penting dalam suatu pertunjukan langsung dan menjadi satu bagian tak terpisahkan dari tata panggung dan bahkan acara pertunjukan itu sendiri. Tata suara erat kaitannya dengan pengaturan penguatan suara agar bisa terdengar keras tanpa mengabaikan kualitas suara-suara yang dikuatkan. 

Sound system menurut (Gary Davis & Ralph Jones) adalah susunan komponen elektronik yang dirancang sedemikian rupa untuk meningkatkan kekuatan suara, agar suara dapat didengar dengan jelas oleh banyak orang pada pertunjukan music, seminar dll. Menurut (Sriwaluyanti dkk) sound system disebut teknik pengaturan peralatan suara atau bunyi pada suatu acara pertunjukan musik, konser, pertemuan seminar, masjid, gereja, dll. 

Jadi sound system dapat disimpulkan bahwa suatu susunan komponen elektronik yang dirancang sebagai teknik pengatur suara agar mendapat penguatan suara yang dapat didengar oleh banyak orang pada suatu acara, atau pertemuan. Seseorang yang mengoperasikan sound system disebut sebagai soundman atau sound enginner.